Kau adalah gemerlap bintang di langit malam
Bukan!, kau lebih dari itu
Kau adalah pendar rembulan di angkasa sana,
Bukan!, kau lebih dari itu,
Kau adalah benderang matahari di tiap waktu,
Bukan!, kau lebih dari itu
Kau adalah Sinopsis semesta
Itu saja.
***
Tangan bunda adalah perpanjangan tangan Tuhan, begitu yang pernah gue baca. Bahkan, kata sebuah hadits, seandainya di dunia ini ada makhluk yang pantas disembah, maka makhluk itu adalah ibu. “Ibumu…… Ibumu…… Ibumu….” Begitu ulang lisan mulia Rasulullah hingga tiga kali, ketika salah seorang sahabat menanyakan siapa yang paling pantas untuk dihormati.
Seberapa dalam cinta dan hormat gue, loe, kita? Pada makhluk yang bernama IBU. Sedalam lautankah? setinggi gunungkah? Atau hanya sebatas remang cahaya lilin yang tak berdaya di terobos terik matahari? Atau hanya sebagai fatamorgana yang munculnya hanya menipu… ketika mendekat hakikatnya tiada!
***
Suatu ketika ada seorang bayi yang siap dilahirkan. Sebelum dilahirkan dia bertanya kepada Tuhan. “ya Tuhan, Engkau akan mengirimku ke bumi. Tapi aku takut. Aku masih kecil dan tak berdaya. Siapakah nanti yang akan melindungiku di sana?”
Tuhan pun menjawab, “di antara semua malaikat-Ku, Aku telah memilihkan seorang yang khusus untukmu. Dia akan merawat dan mengasihimu” Si kecil bertanya lagi, “Tapi disini, di surga ini, aku tidak berbuat apa-apa, selain tersenyum dan bernyanyi. Semua itu cukup membuatku bahagia” Tuhan menjawab lagi,”Tak apa, malaikatmu itu akan selalu menyenandungkan lagu untukmu, dan dia akan membuatmu tersenyum setiap hari. Kamu akan merasakan cinta dan kasih sayang. Itu akan membuatmu bahagia.”
Namun si kecil bertanya lagi, “bagaimana aku bisa mengerti ucapan mereka, bila aku tidak mengerti bahasa mereka?”
Tuhanpun menjawab, “Malaikatmu akan membisikkan kata-kata paling indah, dia akan selalu bersabar di sampingmu, dia akan mengajarimu bicara dengan bahasa manusia”
“Lalu bagaimana jika aku ingin bicara padaMu, Tuhan?”
Tuhan menjawab,”Malaikatmu akan membimbingmu, dia akan menengadahkan tangannya bersamamu, dan mengajarkanmu untuk berdoa” Lagi-lagi si kecil menyelidik,”Namun aku mendengar, disana, banyak sekali orang jahat, siapa yang akan melindungiku nanti?”
Tuhanpun menjawab, “Tenang, malaikatmu akan terus melindungimu, bahkan hingga nyawa yang menjadi taruhannya. Dia sering melupakan kepentingannya sendiri untuk keselamatanmu”
“Ya Tuhan, tentu aku akan sedih jika tak melihatMu lagi” Tuhan menjawab lagi, “Malaikatmu akan membimbingmu untuk selalu mengingatKu, dia akan mengajarkan keagunganKu. Walau begitu, Aku akan selalu tetap di sisimu”
Hening, kedamaianpun menyeruak. Suara panggilan dari bumi terdengar sayup. “Ya Tuhan, aku akan pergi sekarang. Tolong, sebutkan nama malaikat yang akan melindungiku…”
Tuhanpun kembali menjawab, ” Nama malaikatmu tak begitu penting. Kamu akan memanggilnya dengan sebutan: Ibu…”
***
Ibu, Bunda, Mama, Mother, Ummi, …. tak penting loe nyebutnya apa. Namun yang penting adalah cinta dan kasih sayang yang bisa kita tumpahkan sebagai purna bakti padanya. Namun ada yang jauh terpenting, bahwa betapapun, bahkan jika dalam diri loe tak ada sebersit kasih sayang padanya…. maka ketahuilah sesungguhnya kasih sayangnya tak pernah luntur terhadap loe.
***
Kasih ibu itu seperti lingkaran. Tak berawal dan tak berakhir
Kasih ibu itu senantiasa berputar, dan terus meluas
damainya melingkupi seperti kabut pagi
menghangatkan seperti matahari siang
dan menyelimuti seperti bintang-bintang malam.
***
Gue masih ingat ketika kecil dulu, ketika naik kelotok di hiliran sungai barito, (tahu kelotok kan? Jukung pake mesin yang bunyinya klotok klotok) dengan manja, kepala kecil jelek ini merebahkan diri ke paha bunda. Gue pandangi dengan asyik awan lembut berarak, begitu teduh…. kualihkan pandangan ke wajah bunda….ya Allah, wajahnya selayaknya awan putih kebiruan begitu lembut dan meneduhkan…. belaiannya begitu menenangkan…. hingga kini, bila gue rindu dengan bunda, cukup gue tengadahkan wajah ke langit, ke awan-awan kebiruan, karena gue yakin wajahnya ada di sana….
***
Ingin ku dekap… dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa, lalu di sekujur tubuhku
Dengan apa membalas…..
***
Thank’s Bunda….
atas teh hangat yang engkau suguhkan di tiap pagi dan sore
atas teriakan sayang yang berkumandang tiap subuh, membangunkan si bengal ini (walau mesti engkau ulangi hingga puluhan kali… bukan.. bukan karena diri ini tidak terbangun! Sungguhh, telinga ini sangat sensitif dengan teriakan engkau. Namun telinga ini begitu rindu dengan suara kasihmu itu….
atas alunan doa-doa yang tak henti engkau panjatkan di tiap penghujung sholatmu, doa yang sama, kebahagiaan teruntuk buah hatimu…
atas tiap bulir keringat yang jatuh dari pagi hingga petang, jerih payah menambah penghidupan untuk buah tercintamu…..
atas pisang goreng yang dengan mata mengantuk kau buatkan di malam-malam larut, hidangan yang engkau harapkan bisa menemani buah hatimu belajar (sorry Mom, engkau kira di depan komputer itu anakmu belajar… padahal cuma lagi maen game)
atas pelbagai kisah yang selalu engkau ceritakan dulu sebagai pengantar tidur
atas ajaran, atas bimbingan, atas senandung indah, atas hembusan nafas…
atas segenap cinta, kasih sayang
yang hingga matipun, diri ini takkan pernah sanggup membalas,
walau hanya setengahnya…
***
Ibumu adalah
Ibunda darah dagingmu
Tundukkan mukamu
Bungkukkan badanmu
Raih punggung tangan beliau
Ciumlah dalam-dalam
Hiruplah wewangian cintanya
Dan rasukkan ke dalam kalbumu
Kalau ibunda membelai rambutmu
Kalau ibunda mengusap keningmu, memijiti kakimu
Nikmatilah dengan syukur dan bathin yang bersujud
Karena sesungguhnya Allah sendiri yang hadir dan maujud
Kalau dari tempat yang jauh engkau kangen kepada ibunda
Dendangkanlah nyanyian puji-puji tuk Tuhanmu Karena setiap bunyi
Kerinduan hatimu adalah
Sebaris lagu cinta Allah kepada segala ciptaanNya
***
Hehehe…. Dan begitu banyak cerita manis tentang kasih sayang engkau. Saat menyeberangi titian, kau gendong tubuh mungil ini, karena engkau cemas buah hatimu terjatuh, namun nyatanya dirimu yang oleng dan terjatuh. Saat itu tiada dendam sedikit pun. Raut mukamu malah mencemaskan buah hatimu
Bahkan saat buah hatimu ini usil bermain ketika menuruni tangga dan mendorongmu dari belakang, dan kau terjatuh di anak-anak tangga, kakimu terkilir, dan sakitnya terasa hingga kini….. raut mukamu masih begitu…. Tak ada sesal di sana
Begitupun ketika mulutmu sampai berdarah terluka akibat ulah bocah cilikmu yang asyik main loncat-loncatan hingga menghantam dagu indahmu…. Hanya meringis…. Matamu tetap penuh kasih….. tak pernah ada dendam di sana… hangat…
Sehangat dan sesetia dirimu menemani setiap saat dimana bocah cilikmu meronta kesakitan, dimana hanya pelukmu dan belaianmu yang bisa menjadi penawarnya….
Dimana engkau selalu ada di setiap saat, kala bahagia, kala derai air mata.
Dan hingga ujung waktu, bahkan hingga hari akhir kelak, diri ini berharap kasih sayang itu tetap terasa…. tetap wujud hingga berkumpulnya kita kembali di surga-Nya kelak.
***
Ya Ilahi, diri ini tak pernah akan sanggup membalas cinta dan kasih sayangnya. Sejuta maaf tak kan bisa menebus dosa hamba padanya… Hanya cinta dan kasih sayang-Mu yang sepadan sebagai balasan cinta dan kasih sayangnya…
Rabbighfirlii wa li walidayya…..
Warhamhumaa kama rabbayanii saghiiraa….
0 komentar:
Posting Komentar